Tuesday, October 23, 2007

Pelajaran dari Novel Ayat-ayat Cinta

Saat liburan hari raya kemarin, saya sempatkan untuk membeli buku/Novel Ayat-ayat Cinta, karya Habiburrahman El Shirazy. Buku ini gak terlalu tebal. jadi cukuplah untuk dibaca sambil santai. Juga sambil mengisi waktu senjang.

Awalnya saya baca komentar-komentar yang ditulis di awal buku. Salah satu yang menarik adalah bahwa novel penggugah jiwa ini dinyatakan sebagai novel islami. tetapi ada kekhawatiran jangan-jangan isinya mayoritas nukilan dari kitab suci. tetapi ternyata setelah dibaca cukup menarik. Akupun semakin tertarik untuk segera membaca novel ini.

Saya baca novel ini di perjalanan, dilanjutkan di rumah sampai tengah malam. Rasanya gak mau terlepas, ingin segera menyelesaikan novel ini. Isinya betul-betul menyentuh. Jalinan ceritanya bagus, dan tidak ketinggalan dalil-dalil yang disampaikan tanpa dengan nada menggurui.

Semakin diingat, semakin banyak pelajaran yang bisa ditarik dari isi novel ini. diantaranya :
  • Semangat tinggi, dimana sang tokoh Fachry siap menempuh cuaca yang panas menyengat untuk berangkat ke tempat talaqqi qur'an.
  • Disiplin tinggi, dimana sang tokoh benar-benar berusaha menepati janji baik janji dengan orang lain maupun janji terhadap diri sendiri yang tertuang dalam daily planner yang dibuatnya.
  • Mengingatkan orang lain dengan cara yang baik yang diwujudkan saat kejadian di metro dimana sejumlah orang mesir sedang memarahi seorang gadis (Aisha) karena memberikan tempat duduknya kepada salah satu dari 3 orang amerika.
  • Perhatian kepada tetangga flat yang diwujudkan dalam pemberian hadiah ulang tahun kepada tetangga lantai atasnya, juga saat menolong Noura, gadis yang dianiaya oleh keluarganya.
  • Prinsip hidupnya tentang hubungan dengan lain jenis yang sungguh sangat sulit untuk ditiru oleh generasi sekarang walaupun tetap ada kemungkinan untuk bisa diteladani.
  • Kesabaran dalam menghadapi masalah, dan tetap komitmen dengan agamanya.
  • Hubungan dengan Istri / Keluarganya. Bagaimana membangun hubungan dengan Istrinya (Aisha) yang notabene dari keluarga berada. Ini sungguh mengingatkan untuk diteladani.
  • Kesediaan berkorban yang dilakukan oleh sang tokoh dengan istrinya yang akhirnya saat pernikahan dengan Maria yang secara lahir berbeda kepercayaan.
Yah mungkin itu yang bisa diingat saat ini. Secara garis besar, novel ini benar-benar menggugah jiwa.

No comments: